• Latest Stories

      What is new?

    • Uma Lengge

      0 comments

    • Ntumbu

      0 comments

    • Comments

      What They says?

Sosok

Pariwisata

Pacuan Kuda

19 Oct 2013

Budaya

  • Uma Lengge

    Kompleks Uma Lengge yang berlokasi di desa Maria Utara Wawo Bim...

    • 22 Oct 2013
    • 0
  • Asi Mbojo

    Museum asi Mbojo adalah bekas Istana Kerajaan / Kesultanan&n...

    • 21 Oct 2013
    • 0
  • Donggo

    Secara historis orang bima atau dou mbojo dibagi dalam 2 (dua...

    • 21 Oct 2013
    • 0

Kesenian

21 Oct 2013

Ntumbu

Atraksi ini dikenal juga dengan Adu Kepala. Merupakan tarian tradisional masyarakat Desa Ntori kecamatan Wawo yang sudah ada sejak abad ke-15. ...

Tari Sere

Pada masa kejayaan kesultanan Bima, banyak sekali tarian da...

  • 21 Oct 2013
  • 0
  • Tradisi

    • Weha Nggahi21 Oct 2013

Weha Nggahi

Prosesi ini tergolong langka dan cukup mengharukan. Secara harfiah, Weha berarti Ambil, Nggahi berarti Kata atau ucapan. Weha Nggahi berarti mengambil Kata. Tapi secara filosofis, Weha Nggahi dikandung maksud meminta ijin kepada orang tua yang dilakukan oleh seorang gadis yang ingin menikah. 

Prosesi ini biasa dialakukan pada detik-detik terakhir menjelang prosesi Akad Nikah. Contohnya adalah yang dilakukan calon pengantin wanita bernama susanti ini kepada ayahandanya Sahlan yang berlangsung di kelurahan Sadia Kota Bima.

Setelah semua persiapan akad nikah dirampungkan dan calon pengantin wanita sudah dirias oleh Ina Ruka( Inang Pengasuh), penghulu/petugas pencatat nikah menghadirkan ayah bunda dari calon pengantin wanita ke Uma Ruka(Rumah Mahligai tempat merias pengantin). Calon pengantin wanita duduk bersimpuh di depan ayahandanya dan mengucapkan kata-kata penuh syahdu.

“Ama, Mboto-mboto kangampu, mada raho kasi ade labo bareka ita, kanika pu mada labo la Dahlan.“

(Ayahanda, saya datang bersumpuh dikakimu, ijinkan saya untuk menikah dengan Dahlan.)

Permintaan calon pengantin wanita itu kemudian dibalas oleh Sang Ayah.

“Iora Anae, nahu ma kanika nggomi labo la Dahlan.”

(Kalau begitu keinginanmu, akan aku nikahkan engkau dengan Dahlan)

Kemudian Calon Pengantin Wanita bersujud dan mencium tangan ayah dan bundanya. Di beberapa wilayah di Bima, prosesi ini kadang mengharukan. Tidak jarang orang-orang yang menyaksikan prosesi ini menitikan air mata keharuan. Weha Nggahi tentu bukan sekedar prosesi meminta ijin dan restu pada orang tua untuk menikah, tapi memiliki makna yang luas, bahwa pernikahan itu adalah perjalanan panjang penuh liku dan membutuhkan persiapan mental bagi yang melaluinya. Pernikahan itu adalah bahtera yang akan dijalani. Restu orang tua merupakan penuntun langkah bagi kedua pengantin dalam menjalani bahtera cinta dalam bingkai rumah tangga yang penuh dengan romantika kedepannya.

About Unknown

Adds a short author bio after every single post on your blog. Also, It's mainly a matter of keeping lists of possible information, and then figuring out what is relevant to a particular editor's needs.

Tidak ada komentar:

Leave a Reply

Suku

international

Wisata

Feature

Kota

Kuliner